Yapp, hari ini
Selasa penghujung tahun, 31 Januari 2013 saya bersama anak-anak yang tergabung
dalam Komunitas Backpacker Kendari berada di kapal pada Pelabuhan Pantai Biru
Kendari, kami berencana menyambangi pulau Raja Ampat Sulawesi Tenggara alias
LABENGKI ISLAND. Seingat saya, rencana kumpul jam 9 Wita dan kapal akan
bertolak pada jam 10 Wita. Namun karena ada satu dan lain hal, maka kami
berangkat kurang lebih pada jam 1. Dan estimasi perjalanan kami sekitar 5 jam lah,
kalo gak salah yah.
"Live is never
flat”sepertinya ungkapan yang cocok dipake dalam perjalanan kami menuju
Labengki. Soalnya perjalanan kami ke sana gak semulus yang dibayangkan. Dalam
perjalanan, kami menemui rintangan. “Tak ada nelayan tangguh yang tercipta dari
laut yang tenang”, lupa bagaimana bunyi asli pepatah ini, kurang lebih begitu
mungkin. Makanya Om kapten ini begitu tenang menghadapi badai di tengah laut.
Berhubung saya juga gak tau berenang dan melihat ketenangan Om Kapten dalam
mengemudikan kendali kapal, yah saya mah anteng aja, tapi tetap berdoa dalam
hati agar dilancarkan perjalanan kami dengan selamat.
Ohh iya, saya ke
Labengki membawa seorang adek berumur 7 tahun, mumpung dia libur ceritanya saya
ajak liburan. Kami pun berhasil menepi ke Dermaga Pulau Labengki setelah
menemui kendala (lagi). Kapal kami gak bisa menepi karena jalur yang dilewati
kurang benar, banyak karang mamen. Tapi dari sini kami sudah dapat menikmati
keindahan Labengki. Menunggu arahan dari Pak Habib selaku pengelola Pulau
Labengki ini, kami bisa menikmati keindahan karang di bawah laut Labengki.
Menikmati sunset, tidak lupa poto-poto, oh iya ada juga pulau berbentuk
kura-kura yang tak bertumbuhan sedikit pun, dan banyak pulau-pulau lain yang emejing.
Berhubung Pulau Labengki ini terdiri dari beberapa gugusan pulau-pulau, ada
yang besar dan ada juga yang kecil, makanya dibilang Raja Ampat, soalnya mirip.
Itu katanya loh yah, soalnya saya sendiri juga belum liat the real Raja Ampat
kyak gimana, hehehe
Sesampainya kami,
orang-orang berseliweran di Pondok sederhana ini, ada yang mau mandi, ada yang
kebelet pipis, ada juga yang nyari signal, ada yang masih ngobrol, ada juga yang
menyiapkan alat diving. Tiba-tiba ada seorang teman yang memanggil, katanya
adek saya itu mandi pake bensin. Astaghfirullaaahhh.. hal pertama yang ingin
saya lakukan saat itu adalah ingin sekali menelan adekku itu hidup-hidup. Marah
bercampur kasian, bisa-bisanya bensin di jerigen dipake mandi. Alhasil badannya
panas dan untungnya gak ada yang merokok pada saat itu, kalo ada yang merokok,
mungkin adekku udah habis.
Alhamdulillah
selesai juga ketegangan ini. Adekku sudah aman, sudah bersih juga. Anak-anak
Backpacker juga udah pada wangi. Gak tau wangi ini sebenarnya wangi parfum,
sabun, bedak atau wangi laut dan angin Labengki, yah tepatnya suasana malam di
Labengki.
Malam sudah semakin
gelap, suara deburan ombak-ombak kecil menerpa karang ditelan dengan
suara-suara perut keroncongan. Lapar mameeennn. Anak-anak cewek sudah
seharusnya ada di dapur, masak. Anak cowok bakar ikan di luar. Makanan
siaaappp!!! Waktunya makanan di hidangkan dan cara makan kita di sini yang
bikin suasana dingin di pulau ini menjadi hangat. Terpal pun digelar, kertas
bungkus gado-gado disusun rapi memanjang. Biasanya kalo di diklat pake daun
pisang, tapi di Labengki ini adanya pohon kaluku (pohon kelapa), masa iya
daunnya mau dipake alas makan? Hehehe. Akrabnya makan dengan suasana seperti
ini, berhadapan sama orang-orang baru dikenal, ada juga yang gak dikenal tapi
tidak ada juga yang malu makan.
Masih di atas
terpal yang telah digelar sebelum makan, kami semua duduk dengan manis. Kami
semua mendengar arahan dari Kak Ganda dan Pak Habib. “BUKKK!!!” Sebelum selesai
Pak Habib memberikan arahan terdengar sangat jelas oleh kami, suara
kelapa jatuh. Tenang, untungnya kelapa itu gak jatuh pas di kepala anak-anak
Backpacker. Dan… oww.. oww.. ada seorang teman kami yang diganggu oleh mahkluk
penghuni dunia lain (ckckckc). Teringat jelas mata teman kami itu jelalatan
kesana-kemari dan saya hanya bisa tertunduk. Sebisa mungkin saya hindari kontak
mata dengan teman kami itu, tapi saya sangat ingat kalo ada seorang kakak cewek
dengan beraninya balik melototin teman saya itu dengan bacaan ayat-ayat
Al-QurĂ¡n (subhanallah). Banyak sesepuh turun tangan untuk mengatasi hal ini,
mulai dari kakak-kakak senior kami, sampai Tetua di Pulau Labengki pun datang.
Serius dengan teman kami yang sedang diganggu itu, saya sempat melirik salah
satu teman saya yang sibuk komat-kamit seperti dukun baca mantra. Beberapa
menit berlalu, datang seorang sesepuh lagi. Dan wusssss… sepertinya makhluk
tersebut langsung ngacir. Kata salah seorang senior, senior itu lebih seram
dari "pengganggu"tersebut, hihihhi. Yah ketegangan kali ini beres
lagi yak?
Tim diving telah
siaaappppp.. Lupa tepatnya jam berapa mereka turun ke bawah laut untuk moment
tahun baruan di dalam air. Berhubung kami hanya “Anak bawang” dalam tiap trip,
yah kami hanya bisa jadi tim penghibur alias tim hura-hura. Gak tega
meninggalkan teman kami itu buat ikut ke kapal menyaksikan kegiatan di bawah
laut itu yah kami hanya bisa menunggu di tepi. Sebagian dari kami hanya bisa
menikmati ombak-ombak kecil di tepi laut yang menyentuh kaki kami.
Semilir angin malam
di Labengki ini bikin ngantuk. Berhubung tidur di pondok itu udah mainstream,
kami bertiga (saya dan dua orang teman cewek saya) berencana tidur di salah
satu tenda. Tapi batuk ini bikin saya gak bisa tidur. Terjaga di jam 2 dini
hari, keluar tenda, yang ada kakak-kakak yang sedang mengelilingi api sisa
pembakaran ikan. Mungkin ada yang kedinginan. Gak lama setelah itu datang
kakak-kakak yang juga terjaga, berkumpul kami bercerita ditemani beberapa ekor
lebah yang sedang menggali. Lebah penambang kalo gak salah. Dan dinginnya dini
hari di Labengki bawaannya pengen pipiiisss. Ada kejadian yang gak akan pernah
dilupakan oleh kami di sini, tapi tidak untuk saya publikasikan, hehee. Sampe
kejadian itu bikin saya nabrak lampu strongkeng di pondok tempat teman-teman
Backpacker istirahat. Bikin kegaduhan itu sudah pasti, untungnya mereka gak ada
yang terbangun, padahal paginya mereka sempat mengeluh karena kami bikin
suasana tidur mereka terganggu, hahaa maap yah kakak-kakak.
Jam sudah
menunjukkan pukul 4 subuh dan kami sudah mulai mengantuk. Dan sepertinya kami
tidak bisa melihat teman kami tenang sedikit. Bermodalkan rayuan 3 anak manis
ini, kami berhasil mengkudeta salah seorang senior dari tempat kenyamannnya,
Hamook. Kami tidur dengan posisi susun tiga dan plisss jangan coba untuk
membayangkan posisi tidur kami, hahahaa..
Hoaammmm… Selamat
Pagiiiiiii Labengkiiiiiiiii……
Bangun tidur,
sedikit berbeda dengan kebiasaan di rumah yang setelah bangun tidur segera
bergegas mandi ke kamar mandi, hari ini kami mandi paginya di Laut Labengki.
Belajar snorkeling
menikmati indahnya bawah laut Labengki, dan satu kata terucap “amazinggg”.
Karangnya cantik, indah, bagus, menawan, atau apalah namanya saya juga bingung
bagaimana mengekspresikan keindahan Laut Labengki itu dengan kata-kata cantik.
Pokoknya yang sudah pernah meliat Laut Labengki ini pasti mengerti lah
bagaimana keindahan bawah laut Labengki itu. Sayangnya saya gak nemu Nemo di
sana, padahal kata teman-teman banyak Nemo. Dan berhubung saya ini pemula, saya
hanya boleh bersnorkeling di kawasan yang masih dalam jangkauan pandangan
senior-senior. Sadar diri juga kalo gak bisa berenang, jadi jangan sampe bikin
mereka susah lagi, hihihii. Bersnorkeling bagi pemula itu melelahkan dan
melaparkan, hahaha. Okayyy, saya cukupkan snorkelingnya.
Dan acara makan
pagi ini kembali menghangatkan suasana, gak perlu diceritakan lagi, acara makan
kami sama seperti semalam. Tapi ada satu yang berbeda. Air minumnya gak ada.
Kami menderita penyakit SUMATIMI (SUdah MAkan TIdak MInum = istilah Anak
Kendari). Tapi yah lumayan, saya berhasil menyelamatkan dua orang teman saya.
Saya dapat air minum dua gelas, dapat minta dari penduduk setempat.
Sebelum pulang,
kami diberi waktu buat packing dan bersih-bersih di sekitar tempat tinggal
kami. Yah istilahnya datang bersih, pulang juga harus bersih. Dan kegiatan
bersih-bersih inilah yang menjadi kegiatan wajib bagi Backpacker Kendari.
Okesippp semua beres, kami pulanggggg. Tidak lupa poto-poto lagi, buat penutup
liputan dari TVRI juga, pamitan sama penduduk di Pulau Labengki juga. Sama Pak
Habib, Kak Ganda dan kakak-kakak yang saya gak hafal semua namanya juga,
soalnya mereka pulang belakangan. Dan akhirnyaaaaaa, sampai berjumpa kembali
Labengki. Nanti.
Selesai sudah saya
ngocehnya, kepanjangan yah? Maklum baru belajar, gak bisa di press lagi ini
tulisan. Tulisan ini sebenarnya saya bikin buat ikut kuis yang diadakan khusus
buat Backpacker Kendari, yah lumayan hadiahnya cukup menggiurkan, tapi sengaja
saya aransemen ulang buat di posting ke blog. Kali aja ada para traveller yang
lagi nyari tempat tujuan travelling, yah Pulau Labengki ini bisa menjadi tujuan
yang menarik.
Dan yang penting
kalo kamu mengaku tinggal di Sulawesi Tenggara dan belum pernah ke Labengki,
hahaaa kasian sekali yah? Rugi lah klo belum ke sini. Teman-teman saya yang saya
ajak ke Labengki waktu itu dan menolak, sekarang mulai menanyakan tentang
Labengki ini. Berapa biaya ke sana? Berapa jam perjalanan ke sana? Lewat mana?
Naik apa? Bagaimana penyewaan alat-alat diving/ snorkeling? Dan masih banyak
lagi pertanyaan lainnya. Hihihiii
Maap gambar-gambar
ini bukan hasil dokumentasi saya sendiri yah? Ini hasil dokumentasi gabungan
dari anak-anak Backpacker Kendari.
Terima kasih
Backpacker Kendari atas trip amazing kali ini.